Kamis, 17 Juni 2010

Jangan Ragu Untuk Menikah

Ingin menikah lagi setelah bercerai, namun masih trauma perkawinan sebelumnya? Hal itu terbilang wajar. Tak bisa dipungkiri, tidak mudah memulai untuk kedua kali. Apalagi saat menjalani pernikahan sebelumnya, Anda merasa seperti di dalam ‘neraka’.

Tapi, menurut Barbara De Angelis, PhD, pakar perkawinan dari Los Angeles, AS, tidak sulit pula meraih peluang kebahagiaan di perkawinan. Yang penting, antisipasi tantangan yang dihadapi di pernikahan Anda selanjutnya.

Umumnya, wanita bercerai karena apa yang didapatnya dari perkawinan tidak sesuai dengan harapannya semula. Bila harapan tak jelas, maka peluang untuk merasa salah pilih atau kecewa lagi pada perkawinan kedua menjadi sangat besar. Simak hal apa saja yang perlu dipertimbangkan agar tak terjebak kedua kali dalam perkawinan.

- Calon suami
Mencari pengganti ayah bagi anak, tak dapat dijadikan alasan untuk menikah lagi oleh wanita bercerai. Soalnya, “Istilah ‘mantan suami’ itu ada, tapi istilah ‘mantan ayah’ tak ada.

Mungkin bila suami pertama sudah tiada, masalah anak tidak akan begitu rumit bagi perkawinan kedua. Tapi situasinya beda bila ayah si anak masih hidup. Misalnya, yang meski sudah merelakan hak perwalian anak mereka pada sang ibu, masih ingin menggunakan haknya untuk bertemu rutin dengan anaknya

Sebelum muncul masalah, sebaiknya bicarakan dari awal semua hal tentang anak, mulai soal-soal sekarang, sampai yang akan datang.

- Mantan suami
Untuk mengatasi sandungan dengan mantan, Anda dan calon suami harus bisa bersikap terbuka. Selain itu, agar mantan tidak terlalu mencampuri perkawinan kedua Anda, beri batasan tegas padanya. Ungkapkan padanya bahwa hanya urusan anak yang masih bisa didiskusikan dengannya. Jangan sampai mantan ‘meracuni’ pernikahan Anda.

- Berharap boleh, asal...
Bagi mereka yang sudah memasuki perkawinan keduanya, Barbara berpesan agar tidak memancang harapan terlalu tinggi. Sadarilah Anda berdua sudah bekerja keras untuk sampai pada perkawinan kedua. Maka, sebelum berharap dapat ‘mendaki gunung’, cobalah rehat sejenak untuk merasakan nyamannya berdua lagi, dengan berjalan pelan-pelan dulu.

Sedangkan adanya ketakutan dan kecemasan gagal lagi, wajar-wajar saja asalkan proporsional. Selain itu, cobalah berbagi harapan dengan calon suami. Dengan begitu, Anda berdua mengetahui keinginan dan impian masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar